YLHS – PPLH, Program konservasi sumber mata air Blok Utara lereng Pegunungan Dieng dilaksanakan di Desa Keteleng dan Bismo yang berada di bagian Selatan Kabupaten Batang . Program ini meliputi penanaman 2000 tanaman keras (Bambu, Aren, Sukun, Kemiri, dll) di kawasan imbuhan mata air Bismo, dan pembuatan 200 sumur resapan di pemukiman Desa Bismo dan desa Keteleng sejak bulan Mei 2016. Dari monitoring pengukuran yang dilakukan terjadi peningkatan debit air dimana pengukuran yang dilakukan PDAM pada bulan Januari 2016 yaitu 248.4 l/dt menjadi 272.18 l/dt pada bulan Januari 2017 atau sekitar 9.57 %. The Project is funded by the Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), supported by USAID ADAPT Asia-Pacific, and implemented by Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman.
Program konservasi mata air di Desa Keteleng dan Bismo tepatnya berada di bagian selatan dari Kabupaten Batang dengan luas wilayah desa Keteleng 882,780 hektar dan Desa Bismo 557, 775 Hektar. Desa Bismo dan Keteleng berada di ketinggian antara 800 – 900 mdpl tepatnya di kaki gunung Kamulyan. Kondisi wilayah di dominasi dengan daerah pertanian, ladang dan perkebunan serta hutan lindung dan kawasan Hak Guna Usaha (kebun teh) yang di kelola oleh PT Pagilaran. Mayoritas mata pencaharian penduduk di kedua desa ini adalah bercocok tanam terutama pertanian ladang dan perkebunan.
Berdasarkan hasil assessment yang telah dilakukan oleh Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS) dan Indonesian Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) USAID Jawa Tengah telah terjadi penurunan debit mata air Bismo dan mata air yang lain sekitar 10-30 % dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, dimana menurut laporan PDAM Kabupaten Batang debit aliran saat ini hanya 240 Lt/det. Apabila tidak dilakukan langkah-langkah pencegahan serta adapatasi, kebutuhan air dimasa mendatang akan terancam. Keadaan ini diperburuk oleh terjadinya perubahan iklim global (climate change) yaitu terjadinya pola musim (kemarau dan penghujan) yang tidak teratur, dimana pola hujan cenderung semakin pendek namun dengan intensitas hujan yang tinggi dan terjadinya musim kemarau yang semakin panjang dan lebih kering.
Dengan adanya program ini masyarakat kini lebih sadar untuk turut serta menjaga kelestarian lingkungan sebagai penunjang sumber air, seperti yang disampaikan oleh tokoh masyarakat yang juga merupakan ketua KSM Bismo Sejahtera mengatakan: “Pembangunan sumur resapan di Bismo selain untuk meresapkan air dan meningkatkan debit mata air, juga mengurangi genangan yang ada di perkampungan yang diakibatkan air hujan. Halaman SD Bismo selalu tergenang air bila musim hujan, tetapi alhamdullilah sekarang dengan dibangun beberapa sumur resapan, air hujan dapat turun dengan cepat. Selain itu dampak positif lainya adalah berkurangnya kerusakan jalan desa yang diakibatkan oleh air hujan yang mengalir melalui jalan desa. ”
Sebagai upaya berkelanjutan, saat ini di Desa Bismo dan Keteleng telah membuat aturan dalam perawatan sumur resapan dan upaya pelestarian lingkungan hidup yang lain dalam aturan desa, diharapkan semua masyarakat akan semakin peduli dengan keadaan lingkungan. Program ini masih berjalan sampai saat ini untuk proses monitoring dan evaluasi untuk mengetahui perkembangan terbaru dengan pelaksana lapang dari Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS) dan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) sebagai donatur dan support oleh USAID ADAPT Asia-Pacific.
Berikut grafik debit air di Desa Bismo paskah pembuatan 200 unit sumur resapan:
Salam lestari…